Sang Nenek jang Tjerdik

Posted on 13 July 2009 by

21


Di sela-sela waktu menuntaskan tulisan tentang Ekspedisi Walisongo, aku dan PS sepakat untuk mengungkap hal-hal konyol yang kami alami selama dalam ekspedisi 25-31 Mei 2009 lalu. Kisah-kisah konyol ini bukanlah fiktif, tapi benar-benar kami alami bersama. Aku memulainya dengan kisah ustadz Alux el Fabi, salah seorang anggota Tim Ekspedisi Walisongo.

Di pasar Beringharjo Jogjakarta, kami menjadi laki-laki pencari cinderamata buat keluarga. Sebagai sesama lelaki yang jarang belanja di pasar, tentu kami bicara soal tawar-menawar. Aku nyatakan ketidakberanianku saat melakukan penawaran dari harga yang diberikan penjual. Karena itu aku lebih suka berbelanja di tempat yang sudah pasti banderolnya. Beberapa teman juga ada yang merasakan hal sama sepertiku, dan ada juga yang menyatakan dirinya sang penawar ulung. Berapapun harga yang ditawarkan oleh penjual, baginya WAJIB DITAWAR! Jika ia kalah menawar, ia tak akan membeli walaupun suka terhadap barang yang diincarnya. Jika menang, wah bahagia sekali!

Seluruh anggota tim terpencar. Masing-masing mencari belanjaan sesuai dengan pesanan keluarganya. Ada yang membeli pakaian stelan buat istri, anak, dan tetangga (halah! tetangga?!). Ada juga yang membeli bakyak, blankon, dan cinderamata khas Jogja. Selebihnya membeli makanan dan buah-buahan. Pada waktu yang ditentukan sebelumnya, kami semua berkumpul kembali di parkiran. Melanjutkan perjalanan.

alux-tertipu

Di dalam mobil, Alux membanggakan kemampuannya menawar BREM. Yang belum tahu brem silakan klik link ini. Ia bilang sebelumnya sang nenek penjual memberikan harga Rp.5000,- per bungkus. Karena masih dalam taraf belajar menawar, Alux memberanikan diri menawar brem tersebut. “Rp. 20.000,- untuk 10 bungkus, nek!”Β  Setelah duel tawar-menawar, Sang nenek penjual brem akhirnya menyerah terhadap penawaran Alux. Ia memberikan 10 box Brem dengan harga Rp. 20.000,-. Kalau dirata-rata, berarti harga per kotak hanya Rp. 2.000 (dua ribu perak!). Hebat! Alux merasa ia berhasil menawar.

Aku meminta 1 box untuk kuperiksa. Entah kenapa, aku merasakan ada yang tidak beres dengan pengalaman Alux. Ia memberikan 1 box brem. Kuperiksa dengan kutekan setiap bagian box tersebut.Β  Kukocok-kocok pula… Hm… Aku yakin sang nenek tidak kalah menghadapi tawaran Alux. Aku minta Alux membuka kotak brem yang sudah kuperiksa itu. Gerhana dan PS juga menantikan dengan penuh penasaran.

Perlahan Alux membuka box Brem berwarna kuning. Breet! Alux ternganga. Terkejut melihat isi bremnya hanya 4 potongan sisa. Jadi 1 box brem itu tidak penuh terisi sebagaimana mestinya. Ia masih tak percaya. Dibukanya lagi bungkus brem lainnya… kami semua tertawa, semuanya berisi 4-5 potongan sisa brem yang juga sudah kadaluarsa! PS menenangkan, “Wajarlah, lagian mestinya harga 1 box brem itu, normalnya memang 5 atau 7 ribu perak! Itu brem yang normal… hahaha…

Spontan, rasa bangga Alux karena telah berhasil menawar luruh. Ia kini berganti ekspresi, kecewa. Kemenangannya hanyalah tipuan. Duapuluh ribu rupiah hilang, berganti dengan 10 box brem kadaluarsa yang tak bisa dimakan lagi… Alux Vs Nenek-nenek : Pemenangnya adalah sang nenek yang tjerdik hahaha *ketawa mode mbah surip

Posted in: KONYOL!!!, My Trip