Dalam sebuah pengajian di mushalla kecil, seorang kyai menghimbau agar uang yang dikumpulkan oleh murid-muridnya lebih baik diberikan kepada fakir miskin sebagai sedekah (shadaqah). Salah seorang murid usul kalau uang yang ada diberikan kepada seorang kakek yang hidup sebatang kara. Untuk memenuhi kehidupannya, kakek tersebut mencari kayu bakar di hutan untuk dijual. Kakek tua renta itu adalah pilihan yang tepat baginya.
Satu orang murid yang lain tidak sependapat. Ia beralasan, kakek tersebut tidak pernah kelihatan shalat. Menurut yang lainnya, tidak ada pancaran keimanan dari wajah kakek tersebut. Lalu ia mengajukan agar diberikan kepada tetangganya yang miskin namun masih mau mengerjakan shalat saat ia ajak. Bahkan ketika diajak kampanye partainya, tetangganya itu selalu berpartisipasi.
Sang Kyai menengahi, “Sedekah itu buat siapa saja, tidak harus orang yang rajin beribadah. Lebih baik sedekah diberikan kepada orang yang memang miskin, meskipun ia bukan muslim. Sedekah itu ditujukan sebagai jalan keluar bagi mereka yang lapar, bukan sebagai cara agar penerimanya mau beriman kepada agama yang kita yakini kebenarannya. Sebab yang kita lakukan adalah memberi, bukan menyogok.”
Dalam sebuah kisah, di akhir kehidupannya Rasulullah SAW sering menyuapkan makanan dan minuman kepada seorang kakek buta beragama Yahudi. Bukan cuma buta dan Yahudi, bahkan kakek itu setiap hari mengucapkan, “Muhammad gokil! Muhammad gokil!“. Beliau SAW, hanya memberinya makanan dan minuman, tidak pernah membujuknya agar mengakui kenabiannya dan beriman dalam iman Islam. Walaupun pada akhirnya si kakek Yahudi itu masuk Islam setelah Muhammad SAW wafat.
Jika kita punya niat memberi, lebih lakukan dengan spontan. Jangan terlalu banyak mikir tentang apa dan siapa yang akan kita berikan. Bisa jadi justru kita jadi batal memberi, karena terlalu memikirkan untung dan rugi. Atau karena kita sok jago menebak-nebak kadar keimanan orang yang sebenarnya tidak kita kenal dekat. Memberi itu bukan membujuk, bukan menjebak, memaksa, apalagi menjerumuskan orang yang kita beri dalam rencana kita.
“Yang kita lakukan hanyalah memberi, bukan mempengaruhi!” Nasehat sang Kyai.
hantublogger
30 July 2009
benar kang. setuju
anny
30 July 2009
Setuju banget, jika kita ikhlas , gak harus mikir embel embel lainnya
sieda
30 July 2009
أخلص النية قبل العمل،
تأتي بها مقرونة بالعمل.
widdy
30 July 2009
yang ketiga nech… 🙂
memberi yang ikhlas itu tidak mengharapkan apapun balasan karena bila q-ta ikhlas pasti allah yang akan membalas kebaikan itu…
dengan banyak memberi ingsyaallah rejekipun bertambah 😛
boeding
30 July 2009
Yupz…Spontan. Segala sesuatu yang spontan biasanya tulus!, dari hati.
R2G
30 July 2009
masih juga gak berubah!!!
menuduh orang menjalankan “kebencianisme” padahal postingan ini malah menjerumuskan orang untuk berfikir salah!!
sinisme, bahasa hiperbolik yang tendensi untuk mengarah pada suatu kelompok ataupun golongan.
saya nyatakan perang terhadap seluruh komentar dan postingan anda yang masih juga bergaya seperti ini, dimanapun saya temui tulisan anda!!!
saya fikir anda faham maksud saya.
julie
30 July 2009
wah keren tuh kyiai
kang MT ga rugi kale walopun dibenci dan diajak perang oleh R2G
jangan perang sayang..
kita cinta damai
melly
30 July 2009
memberi lebih bagus dari pada menerima
apapun bentuk pemberian kita yang penting kita ikhlas 🙂
fanainsight
30 July 2009
hm… seorang yang beragama mestinya tidak mengajak berperang. kasihan sekali dia, spiritnya masih dilandasi amarah
hilman
30 July 2009
Gue jadi inget waktu kecil dulu, setiap kali ada orang yg berbeda pendapat dengan gue selalu gue musuhin malah gue ajakin berantem, tanpa gue berfikir terlebih dahulu sebenarnya siapa yang salah? 🙂
Yah maklumlah, namanya juga anak kecil, walaupun badannya bongsor tapi tetep aja pemikirannya masih cetek dan emosinya yang digedein 😀
Tapi ngomong2 postingan ini kan membicarakan tentang sedekah ya, apa hubungannya dengan komentar gue yg nyeritain tentang anak kecil? Hehehehehe
gerhanajingga
30 July 2009
perang emang harus ada di dunia ini ga mungkin ga ada…saya dukung perang antara MT dan R2G…biar saya bikin aturannnya..tapi kira2 siapa nih setannya…biasanya kalau perang antara setan dan malaikat….yah udah biar saya yang tentuin siapa setannya…saya udah tau ko! yang penting ikutin aturan..oke?!
lek4t
30 July 2009
wah… lagi jamannya mencari perdamaian.. ini malah ngajakin perang…perangi dulu diri sendiri dari sifat buruk sangka sama orang…. jangan malah ngajakin perang……saya boleh ikutan nentuin antara setan dan malaikat….
musafirkelana
31 July 2009
I like it..
Setuju…….
rice2gold
31 July 2009
😀
CR
31 July 2009
benar kata guru saya, di samping berbentuk jin, ada juga setan yang berwujud manusia. Menanggapi tantangan perang R2G, saran saya untuk MT agar sering-sering membaca TA‘AWWUDZ yang dilanjutkan dengan dua surah terakhir al-Qur’an; al-Falaq dan an-Nas, supaya terhindar dari godaan setan yang terkutuk, utamanya setan berwujud manusia!
Hilman
31 July 2009
Wah malahan yang makin seru justru di bagian komentarnya 🙂
Waduh CR, hati-hati dalam mempredikatkan seseorang, karena secara sepintas komentar anda mempredikatkan Setan pada manusia, itu tidak baik. 🙂
Dalam doa disebutkan bahwa hindarkanlah kita dari godaan setan, bukan wujud setan apalagi kalau disebutkan setan berwujud manusia. 🙂
Begitu juga dalam surah An Nas, kita meminta pertolongan pada Allah dari bisikkan kejahatan setan yang dihembuskan ke dalam dada (hati) kita sebagai manusia. Adapun yang membisikkan itu memang bisa berwujud Jin dan Manusia. Jadi bukannya manusia itu yang kita anggap sebagai setan. 🙂
Maaf kalau saya sok tau, hanya ingin sedikit meluruskan agar hal ini tidak menjadi permusuhan yang berkelanjutan. 🙂
rice2gold
31 July 2009
terimakasih MT, Julie, Hilman, CR dan yang lain atas masukan dan nasihatnya…..saya “berusaha untuk selalu tersenyum” , karena sahabat terbaik adalah yang saling mengingatkan.
CR
31 July 2009
hehehehehe trims mas hilman atas “pelurusannya”
RSP
31 July 2009
saya setuju dengan pernyataan mas CR. kadangkala manusialah yang lebih jahat dari setan. adalah mereka yang merasa paling benar, paling merasa beragama, dan tentunya paling mudah merasa tersinggung. aku paham bagaimana kecewanya mas R2G terhadap berbagai komentar mas MT di beberapa blog. dan selalu mas R2G merasa tersinggung karena loyalitasnya terhadap sesuatu yang dianggapnya sandaran hidup. Yang perlu diteliti adalah, menurutku, mas MT tidak mengarahkan komentarnya kepada organisasi yang mana mas r2g loyal di dalamnya. bahasa mas MT amat universal. aku menelusuri hal ini sejak lama.
oeban
31 July 2009
spontan untuk memberikan sedekah dan tulus, perlu dicontoh. tapi jangan sekali-sekali mencontoh orang yang spontan kasih komentar tanpa membaca dengan benar terlebih dahulu tulisan seseorang. hasilnya, … ya begitulah.
eh, mbah, bisa ga beresin komputer tetangga di palbatu yang bermasalah? kalo bisa hari minggu pagi dateng ke saharjo. yang jelas ada bayarannya mbah, meskipun tidak sebesar honor mbah Surip, he..he..
idana
31 July 2009
hanya memberi tak harap kembali…bagai sang surya menyinari dunia
*malah nyanyiii 😀
btw kek nya aku juga tergolong setan berbentuk manusia deh
wkwkwkwkwk
fandhie
1 August 2009
very nice post bro…
seandainya kita bisa selalu berbagi dan memberi tanpa syarat
alangka indah hidup.. dan alangkah indah dunia 🙂
achoey
1 August 2009
Dahsyat
Sedekah untuk sedekah
Sedekah untuk dakwah juga bisa kan? 🙂
depz
1 August 2009
memberi tanpa memandang latar belakang sosial, agama dan budaya itu sangat indah menurutku
nice post bro…
hantublogger
1 August 2009
piss!
umikartikawati
2 August 2009
ini masalah prioritas memberi ya….gantian aja kali…biar sama2 dapat, walaupun yg satunya mesti ngantri….
Julie
3 August 2009
Tentunya kita saling memberi dan menerima praz. Postinglah!
rh
5 August 2009
setuju lagi dengan yang ini
Makasih dah kasih pencerahan…
🙂