Membaca tulisan yang enak buat dibaca memang mengasyikkan. Bahkan kita bisa terkejut ketika menyadari telah berjam-jam hanyut dalam kisah yang tertulis dengan apik. Para penikmat novel sering mengalami hal seperti itu.
Tapi kadang membaca juga melelahkan. Ini bisa dirasakan oleh para editor. Seperti yang pernah kualami ketika mendapatkan freelance job, mengedit beberapa naskah media cetak.
Pikiran akan terasa lelah ketika membaca naskah yang tak jelas maksudnya. Belum lagi jika ditambah dengan tanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan ejaan. Makin melelahkan! Membaca tulisan yang tidak runut dan tak jelas arahnya saja sudah lelah. Apalagi jika harus mengaitkan antar paragraf satu dengan lainnya agar lebih sistematis.
Aku jadi ingat ketika dulu jadi pemimpin redaksi sebuah majalah kebudayaan. CR dan Oeban terlibat perdebatan karena sebuah naskah yang tak jelas tujuannya. Awalnya CR mengedit naskah sendirian. Ketika ia lelah, Oeban berniat membantu. Tapi yang terjadi malah keduanya berdebat, berkira-kira tentang maksud penulisnya. Sedang aku hanya tersenyum menyaksikan kedua teman redaksiku yang gigih bekerja pada pukul 2 dini hari itu… Akhirnya, mereka berdua sepakat untuk break dan makan nasi goreng dulu…
Begitulah suka-duka menjadi editor. Perlu kesadaran untuk memberikan peluang bagi para penulis pemula dan perlu kesabaran untuk mengemas agar naskah kacau menjadi lebih layak untuk dibaca.
Salam hormatku buat para editor di seluruh dunia!
echa
24 December 2009
tapi kita harus tetep membaca biar pikiran terbuka…keep reading bro
anny
24 December 2009
Salut ya buat editor itu 🙂
Pekerjaan yang benar benar membutuhkan empaty dan bisa memahami orang lain
Ayam Bakar Priai
24 December 2009
membaca tulisan yang nyebelin memang melelahkan.
julie
24 December 2009
kang mt..
Ariez
24 December 2009
Jadikan sebuah kesenangan. . . . . Pasti akan bermanfaat 🙂
anjari
24 December 2009
Membaca memang selalu melelahkan. Dan lelah adalah batas antara malas dan rajin
PS
24 December 2009
Yg paling sulit tuh membaca nasib kita hehe
Ibat
25 December 2009
Kekny seru tuh jaadi editor… Hehe
Miftahgeek
26 December 2009
Bukannya kalo udah urusan duit semuanya jadi ga berasa kang 😀
Kana
26 December 2009
dulu pernah bercita cita jadi seorang editor ternyata cuman mentok di reporter :p
abis tu malah balik lagi jadi guru :p
*pakabar bang? 🙂
MT
27 December 2009
wiiih, udah berapa tahun gak kontak sama Kana…. 😀 akhirnya ketemu lagi
aqua gelas
27 December 2009
pekerjaan sebagai seorang editor memang hebat.. Salut..
idana
28 December 2009
saya cuma bisa mengangumi pekerjaan editor itu 🙂
yadi
2 January 2010
ia mbca it prlu trus dtingkatkan wlaupun tkdag mrsa lelah
Penyu
4 January 2010
Aku takut jadi editor.
CR
5 January 2010
terima kasih…. terima kasih… kepada teman-teman yang berempati pada apa yang saya kerjakan selama ini … 🙂
kangdam
5 January 2010
membaca, bukan sekedar membaca. membaca bukan sekedar membaca tulisan, membaca bukan sekedar membaca pikiran, membaca bukan sekedar membaca alam, membaca bukan sekedar membaca tanda-tanda zaman, membaca .. jadikan bukan hanya sekedar membaca
kangdam
5 January 2010
membaca bukan sekedar membaca, membaca bukan sekedar membaca tulisan, membaca bukan sekedar membaca pikiran, membaca bukan sekedar membaca alam, membaca bukan sekedar membaca tanda-tanda zaman, membaca bukan sekedar meluangkan waktu, membaca bukan sekedar sampingan, membaca adalah membaca, membaca adalah pekerjaan, membaca adalah hobi, membaca adalah …
yuni
10 January 2010
dulu memang hobi saya membaca.
tapi entah sejak kapan sekrang saya tidak terlalu suka membaca terutama buku2 yang sangat tebal.